Scroll untuk baca artikel
Perikanan

Jadi Komoditas Unggulan di Sumatera, Begini Cara Budidaya Ikan Baung

×

Jadi Komoditas Unggulan di Sumatera, Begini Cara Budidaya Ikan Baung

Sebarkan artikel ini
ikan baung
Ikan Baung

JAKARTA – Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan Perikanan, Tb Haeru Rahayu menyatakan bahwa komoditas ikan lokal seperti ikan Baung, memiliki nilai potensi ekonomi tinggi karena populasinya cenderung menurun sulit didapat di pasaran menjadikan harganya melambung.

Ikan Baung merupakan salah satu komoditas berbasis kearifan lokal yang didorong oleh KKP melalui Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam untuk dapat dibudidayakan oleh masyarakat. 

Scroll untuk baca artikel

“Ikan Baung banyak ditangkap dan diburu, dikhawatirkan mengalami penurunan populasi terhadap komoditas ikan ini. Masyarakat didorong untuk mulai membudidayakan Ikan Baung. Saat ini, KKP rutin melakukan penebaran benih ikan atau restocking di berbagai perairan umum habitat Ikan Baung untuk menjaga kelestarian dan stok populasinya,” tambah Tebe.

Tim teknis dan perekayasa KKP terus mengembangkan inovasi dan teknologi dalam budidaya ikan lokal sehingga dapat menghasilkan strain dengan pertumbuhan maksimal serta memberikan keuntungan yang lebih bagi pembudidaya.

Kepala BPBAT Sungai Gelam, Boyun Handoyo mengungkapkan bahwa Ikan Baung menjadi salah satu komoditas lokal unggulan di Pulau Sumatera karena memiliki citarasa yang lezat dan nilai ekonomis yang tinggi. Berbagai olahan kuliner seperti pindang Ikan Baung menjadi favorit masyarakat Sumatera seperti di daerah Lampung, Sumatera Selatan, Riau dan Jambi.

“KKP melalui BPBAT Sungai Gelam berhasil memijahkan dan mengembangbiakkan Ikan Baung dalam skala massal sejak tahun 2009, namun masih banyak pembudidaya yang belum mengetahui bahwa ikan ini sudah dapat dibudidayakan,” lanjut Boyun.

Menurutnya level harga yang cukup menjanjikan diantara komoditas ikan air tawar lainnya, bisnis Ikan Baung menjadi salah satu peluang untuk meningkatkan gairah ekonomi serta pendapatan masyarakat.

“Kita dorong segmen pembesaran di kolam maupun di perairan umum melalui diseminasi teknologi kepada masyarakat sebagai pemicu peningkatan kesejahteraan masyarakat berbasis kearifan lokal” pungkas Boyun.

Perekayasa Madya BPBAT Sungai Gelam sekaligus Penanggung Jawab Kerekayasaan Ikan Spesifik Lokal di BPBAT Jambi, Yudi Yustiran menegaskan bahwa antusiasme masyarakat dalam mengonsumsi Ikan Baung karena memiliki tekstur daging dan rasa yang nikmat dengan jenis olahan beragam seperti pade dan tempoyak sehingga memiliki harga pasar yang cukup tinggi.

Yudi menyebutkan bahwa biaya investasi untuk pembesaran di kolam dengan kapasitas kolam 5.000 ekor seperti kolam pembesaran, jaring pembesaran dan alat panen sebesar Rp63,5 juta. Sementara biaya operasional produksi pembesaran Ikan Baung antara lain seperti pakan pembesaran, benih 3 inci dan bahan lainnya dengan total sebesar Rp47,6 juta.

“Dalam satu siklus memerlukan waktu sekitar 8-9 bulan dengan panen ukuran 400-500 gram. Dengan asumsi tingkat kelangsungan hidup 80% dan Food Convertion Ratio  (FCR)  2 maka pada kolam 1.500 m2 dengan kapasitas produksi 5.000 ekor benih bisa menghasilkan 4.000 ekor atau sekitar 1,8 ton,” tambah Yudi.

Secara analisis usaha dapat disimpulkan dengan asumsi harga jual Ikan Baung yang dapat mencapai rata rata Rp40 ribu per kg (harga di pembudidaya) dan berat total panen per siklus 1,8 ton, maka diperoleh keuntungan per siklus sekitar Rp35,9 juta. Biaya investasi dapat dikembalikan dengan usaha yang berproduksi secara berkelanjutan, sekitar kurang lebih 1,5 tahun dan diperoleh Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) senilai 1,77 artinya usaha pembesaran Ikan Baung layak untuk diusahakan.

“Beberapa hal yang menjadi kendala dalam berbudidaya Ikan Baung ialah ketergantungan musim pada saat pemijahan serta laju pertumbuhan yang tidak secepat ikan air tawar pada umumnya. Namun hal ini dijadikan tantangan oleh tim perekayasa agar dapat menghasilkan strain baru dengan pertumbuhan yang lebih cepat dan tahan penyakit serta membuat formulasi pakan yang memiliki FCR yang lebih baik dengan cost yang rendah” jelas Yudi.

Yudi juga menambahkan bahwa tahun ini timnya tengah fokus untuk memproduksi dan mematangkan calon induk Ikan Baung  terseleksi yang dapat memproduksi 50-60 ribu butir telur untuk mencukupi kebutuhan benih di pembudidaya dan Unit Pembenihan Rakyat (UPR).