Scroll untuk baca artikel
Teknologi

Saksi Gerhana Bulan Total dari Bandung Sampai Makassar

×

Saksi Gerhana Bulan Total dari Bandung Sampai Makassar

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi Gerhana Matahari

MAKASSAR – Masyarakat dan wisatawan pun antusias mengamati fenomena alam dalam pengamatan bersama yang diinisiasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Bandung tersebut.

Aktivitas pengamatan fenomena gerhana bulan total (GBT) di Lereng Anteng Dago Bakery Punclut, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Rabu (26/5).

Scroll untuk baca artikel

Berdasarkan pantauan, warga yang ingin menjadi saksi dari fenomena alam super langka itu sudah mendatangi lokasi wisata tersebut sejak pukul 15.00 WIB.

Sejumlah warga mengaku ingin melihat secara langsung fenomena alam nan langka ini, karena bisa dilihat dengan tanpa alat optik khusus.

Lestari (30), salah satu pengunjung mengatakan dirinya sengaja menyempatkan diri bersama rekan-rekannya untuk menyaksikan GBT di Lereng Anteng, karena bertepatan dengan hari libur perayaan Waisak.

“Betul, sengaja datang ke sini. Dikirain jam 3 sudah bisa kelihatan, tapi tadi kata orang BMKG jam 6 sore baru bisa lihat pas puncaknya,” katanya.

Pengunjung lainnya, Joustra (18) mengaku tertarik menyaksikan langsung fenomena yang dikenal dengan Super Blood Moon ini karena sebuah peristiwa yang juga super langka. Oleh karena itu, sambungnya, sangat sayang untuk dilewatkan.

“Sengaja ingin lihat langsung kejadian ini dan kebeneran lagi jalan-jalan ke sini juga. Jadi ingin tahu seperti apa makanya akan diabadikan buat kenang-kenangan,” tuturnya.

Di tempat tersebut, Kepala BMKG Stasiun Bandung Teguh Rahayu mengatakan pihaknya memilih Lereng Anteng sebagai lokasi pengamatan karena berada di area wisata. Pihaknya pun berharap dengan demikian dapat membantuk masyarakat teredukasi atas fenomena gerhana bulan total ini.

“Karena ini lokasi wisata, pada ketinggian tertentu juga di Lembang. Jadi sangat baik untuk pengamatan. Selain itu, kita juga ingin mengedukasi masyarakat melihat fenomena alam yang langka ini,” ujarnya.

Rahayu menuturkan, puncak gerhana bulan total berlangsung pada pukul 18.18 WIB. Di mana kondisi cuaca cukup mendukung dan dapat teramati dengan baik.

“Untuk pengamatan ini, kami menggunakan teropong Vixen Sphinx ED80SF. Mengingat saat ini masih pandemi, untuk memecah kerumunan kita bagi menjadi tiga layar ada di pintu masuk, tengah, dan di balkon,” ujarnya.

Rahayu menjelaskan, gerhana bulan adalah peristiwa terhalanginya sinar matahari oleh bumi. Alhasil, tidak semuanya dari cahaya matahari itu sampai ke bulan lalu terpantul menunjukkan sosok bulan di Bumi.

Peristiwa yang merupakan salah satu akibat dinamisnya pergerakan posisi matahari, bumi, dan bulan ini hanya terjadi pada saat fase purnama dan dapat diprediksi sebelumnya.

Adapun gerhana bulan total terjadi saat posisi matahari, bumi, dan bulan sejajar. Hal ini terjadi saat bulan berada di umbra bumi, yang berakibat saat puncak gerhana bulan total terjadi, bulan akan terlihat berwarna merah atau yang lebih dikenal dengan istilah Blood Moon.

Akibat posisi bulan saat terjadi gerhana berada di posisi terdekat dengan bumi (Perigee), maka bulan akan terlihat lebih besar dari fase-fase purnama biasa, sehingga sering disebut dengan Super Moon.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah IV Makassar mengamati proses terjadi gerhana bulan total atau super blood moon selama lima jam di dua lokasi berbeda di Kota Makassar dan Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Rabu (26/5).

Proses gerhana bulan total ini terjadi ketika posisi bulan terhalanginya cahaya matahari oleh bumi sehingga tidak semua cahaya sampai ke bulan atau umrah.

Peristiwa gerhana bulan total atau super blood moon ini jelas terjadi hanya sekali dalam kurung waktu 3 hingga 5 tahun.

Kepala BMKG Makassar, Darmawan menerangkan, proses gerhana bulan total ini dimulai sejak pukul 16.42 wita hingga pukul 21.51 wita.

“Selama lima jam proses terjadinya gerhana bulan total ini. Pada pukul 19.18 wita, menjadi puncak gerhana untuk di Sulsel,” kata Darmawan.

Infografis Fakta Gerhana Bulan Total 26 Mei
Darmawan menuturkan jika proses terjadinya gerhana bulan total ini tidak semua daerah di wilayah Indonesia dapat melihat langsung, seperti wilayah daerah Sumatera Utara hanya melihat setelah fase terjadinya gerhana bulan total.

“Tidak semua daerah dapat melihat prosesnya. Ada daerah hanya melihat gerhana sebagian, ada daerah yang hanya melihat gerhana total. Seperti di Nias, Aceh dan Medan itu hanya melihat fase pasca total tapi tidak melihat fase totalnya. Kalau di Sulawesi semua dapat melihat prosesnya,” jelasnya.

Dampak dari terjadinya gerhana bulan total ini kata Darmawan air laut akan pasang surut, lantaran bulan yang sangat dekat dengan bumi. Namun, pasang surutnya air laut tetap dipantau oleh BMKG Makassar.

“Kita tetap pantau, kalau terjadi pasang akan terjadi banjir rob. Tapi, selama gerhana bulan tidak pernah terjadi banjir rob,” ujarnya.